Halaman



Senin, 29 Agustus 2011

Wahai Hari nan Terang-Gemilang

Tersudut ku dalam sepi,,, mencoba mengeja
mencoba sekali lagi membuka lembaran sejarah
Hidupku,,, hidupku dalam hikayat ingatan
Apa yang telah kulakukan?

     Kembali merunut sepi,,, mencoba merangkai
     Detik demi detik yang terbuang sia-sia
     Bilakah semua kan terkumpul kembali dalam ingatan sejarah

Dan semua cita masih berupa awan
Tiada kan hujan sebelum datang waktunya

    Sebentar lagi takbir berkumandang,,,
    Hari bilamana orang - orang terlahir kembali
    Hari yang mensucikan,,, membuat kita suci kembali

sucikah aku,,, dalam penempaan diri ini?
Cukupkah untukku sebulan?
Aku masih dahaga ya Tuhan...

     Tapi sumpah-Nya telah menguasai segala dimensi
     Demi masa.... ya,, aku masih termasuk orang - orang yang merugi
     Wahai Hari nan Terang-Gemilang
     Wahai bulan nan suci,,,,
     Kembalilah kelak, untukku sambut dengan hati yang murni

Ajarkan ku menguasai tubuh..
berjalan  di atas jalan-Mu
Tidak dalam hitam-putih yang silih berganti

    Laailaaha illa Anta ya ALLAH
    Innii kuntu mina dzolimin
    Jika bukan karena Cinta-Mu yang agung
    Tentu rentanya tubuhku lah menjadi abu

Kamis, 11 Agustus 2011

Hikmah Ramadhan Dalam Thariq Hikayatku


Ada berjuta tanya dalam hidup yang tak terjawab. Ketika jiwa ini masih haus akan kepastian, sebuah jawaban. Ah, ini bukan ragaku! Berulang kali aku harus meronta, menolak diriku.
Di bulan penuh rahmat ini ALLAH memenuhi janji-Nya. Hidayah-Nya menyelinap cakrawala hati, menerangi hitam-putihnya penglihatan, memberi warna pada klasiknya kehidupan, pikirku.

Berulang kali aku masih menuntut pasti. Sebuah jawaban tentang arti kehidupan, dan teruntuk apa dilahirkan. Untuk apa cinta dianugerahkan, sedangkan diriku masih terlalu pagi untuk menghayati maknanya. Sedangkan cinta dalam genggamanku masih berupa bara api yang dapat mengantarku kepada murka-Nya karena kebodohanku dalam mengendalikan nafsu, na’udzubillah.

Aku menatap semesta nurani dalam diri. Sebuah samudera yang masih suci dan jernih, yang masih sanggup untuk menetralkan limbah dan racun. Ya, aku terus melapangkan dadaku, berharap pintu surga akan terbuka untuk kumasuki, meski tak pantas. Tapi aku percaya rahmat dan kasih sayang-Nya melebihi dosa-dosaku, dan dosa-dosa umat manusia. Dan aku teramat takut untuk merasakan pedih azab-Nya, yang dapat membakar seluruh keangkuhanku, keangkuhan seluruh umat manusia di setiap abad.

Aku kembali bertanya. Dan jawaban yang kudapat adalah ketidak pastian. Ya, sebuah ketidak pastian yang harus kusyukuri. Ketidak pastian atas ketidak tahuan-ku, ketidak pastian yang begitu nikmat, membakar gelora jiwa untuk terus menjejakkan prestasi dalam setiap dimensi. Ya, semua ketidak pastian itu ada kepastian diujung sana. Dan biarkanku merasakan dahsyatnya tulisan takdir, indahnya scenario hidup yang dibuatkan-Nya, hanya untuk diriku. Hanya untuk setiap helai daun yang gugur mendarat di muka bumi, hanya untuk angin yang berhembus kesana kemari, hanya untuk matahari yang menyinari bumi dan bulan di malam hari. Aku percaya, semuanya akan terasa indah, bila kita mengerti. Karena di setiap keikhlasan, ada rasa syukur yang menyertai, dan tekad yang terpatri untuk saling berbagi. Karena ketidak pastian ini memberiku jawaban yang membawa dunia baru kamus hidupku : Pasti.


“Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi 
Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidakdianiaya.” 
(Q.s.al-Muminun: 62)


“Tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul-Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah. Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Q.s. al-Hadid: 22-3)